#Post Title #Post Title #Post Title
Selasa, 07 Februari 2012

Teknologi Injeksi Yamaha : Semakin di Depan Teknologinya, Semakin di Depan Sosialnya


Teknologi Injeksi Yamaha : Semakin di Depan Teknologinya, Semakin di Depan Sosialnya

Pada hari minggu (5/2) pagi  yang lalu, saya menggayuh sepeda untuk mencari makan ke warteg langganan, sebentar saya sempatkan diri untuk  memompa ban depan dan belakang di salah satu bengkel sederhana di pinggir jalan. Maklum sepeda pinjaman, sehingga saya pun juga harus bertanggung jawab jika ada kerusakan.

Belakangan ini, karena cukup sering saya memompa ban, membuat saya akrab dengan satu-satunya karyawan di bengkel tersebut. Dia adalah Najagar (28). Sudah cukup lama ia menggeluti pekerjaannya sebagai karyawan bengkel. Kepiawaiannya mengotak-atik motor, ia dapatkan berdasarkan pengalaman. Meskipun hanya berdasar pengalaman, tapi kemampuannya tidak bisa diragukan.

Ketika Najagar mengisi ban sepeda, saya sempat mengobrol kecil dengannya tentang tekonologi injeksi  yang kini disuntikkan pada motor-motor besutan pabrik-pabrik motor ternama, yang salah satunya adalah Yamaha. “Motor Yamaha yang injeksi udah banyak ya Bang di jalan, Abang dah bisa servis injeksi?” tanya saya membuka obrolan itu. “Belum Mas, susah itu, nggak seperti karburator biasa,”ungkapnya sambil mengisi angin. Oiya, Najagar ini adalah orang batak asli, jadi logat bataknya masih kental terdengar.

“Pernah ada itu yang mau betulin motor injeksi, Vixion, tapi ku tolak karena aku nggak bisa, alatnya juga nggak ada”, tambahnya setelah ban sepeda ia isi penuh.
Dari sepenggal obrolan itu saya menangkap bahwa Najagar dan bengkelnya masih belum siap  untuk menghadapi trend motor berteknologi injeksi.


Teknologi Injeksi Itu Apa? Kok Belum Siap ?

Sebagai pemilik bengkel kecil, ketidaksiapan Najagar dalam menghadapi pergeseran teknologi karburator menjadi teknologi injeksi memang beralasan. Kenapa? Sebelum menjawab pertanyaan ini baiknya kita ketahui dulu apa itu teknologi injeksi pada motor Yamaha.
Seiring tuntutan penerapan emisi gas buang Euro 3 di Indonesia, teknologi injeksi kini telah hadir pada produk-produk motor Yamaha ter-anyar. Teknologi  injeksi adalah teknologi yang memungkinkan penggunaan bahan bakar pada motor yang diperhitungkan dengan sangat presisi. Bisa juga dikatakan bahwa motor yang sudah menggunakan teknologi ini adalah motor yang irit pada penggunaan bahan bakar.


Cara kerja FI sama seperti sistem tubuh manusia. Pada sistem FI terdapat ECU (Electronic Control Unit) yang bekerja seperti otak pada manusia. ECU meneruskan sinyal yang dikirim sensor-sensor. Pada akhirnya ECU memerintahkan injector untuk menyemprotkan bensin pada mesin. Kerja ECU layaknya otak yang saat mendapatkan sinyal dari sensor-sensor, lantas memerintahkan bagian tubuh untuk menjalankan fungsinya. Selain sensor-sensor, komponen penting lainnya pada ECU adalah fuel pump yang berfungsi mensuplai bahan bakar dari tangki ke injector dan menjaga tekanan bahan bakar agar sesuai persyaratan (yamaha.co.id, 2012).


Rumit? Ya, bisa dibilang sistem teknologi injeksi ini lebih rumit ketimbang teknologi sebelumnya yang menggunakan sistem karburator. Kerumitan ini tentunya sebanding dengan cara perbaikan  dan pemeliharaan pada motor. Perbaikan dan pemeliharaan motor berteknologi injeksi butuh skill dan perlengkapan yang mumpuni.


Nah, kerumitan teknologi injeksi inilah yang menjadi alasan ketidaksiapan Najagar dan bengkelnya dalam menghadapi trend motor berteknologi injeksi, disamping karena ia tidak memiliki kesiapan berupa skill,  bengkelnya pun belum mempunyai peralatan yang diperlukan. Jadi terpaksa, Najagar dan bengkel tempat ia bekerja, sampai saat ini belum  siap melayani permintaan jasa perbaikan  dan pemeliharaan untuk motor berteknologi injeksi.


Sampai kapan Najagar bisa bertahan? Padahal ia saat ini hanya menggantungkan hidup pada aktivitas bengkel tempat ia bekerja. Terlebih sekitar 2 tahun lagi, Yamaha dan para pesaingnya sudah menyuntikkan teknologi  injeksi pada semua output produknya. Bisa dibilang motor berteknologi injeksi  pada dua tahun mendatang akan mendominasi populasi motor di Indonesia. Nah, hal ini tentu akan berakibat langsung pada pendapatan bengkel Najagar yang semakin menurun bila ia dan bengkelnya tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi injeksi.


Bila ingin bertahan, mau tidak mau Najagar harus mempunyai bekal yang cukup, baik itu secara skill maupun fasilitas bengkel. Mempelajari tentang teknologi injeksi adalah hal terpenting untuk mengembangkan skill. Namun ilmu ini juga tidak bisa didapatkan secara pragmatis, harus melalu proses belajar yang benar. Mungkin YES adalah jawaban yang tepat bagi Najagar guna mendapatkan pengetahuan teknologi injeksi.


Di YES, Yamaha Mulai Ajarkan Teknologi  Injeksi

Sejalan dengan adanya teknologi injeksi yang akan memenuhi pasar motor Yamaha dua tahun mendatang, lewat Yamaha Enginering School, Yamaha mulai memberikan pembelajaran tentang teknologi injeksi kepada para murid yang akan menduduki angkatan ke-35. Lalu, apa itu Yamaha Enginering School?


Yamaha Enginering School (YES) adalah bentuk program Corporate Social Responsibility yang diciptakan oleh Yamaha. YES ini bertujuan menghasilkan lulusan yang menguasai teknologi motor dan teknologi injeksi yang baru-baru ini disisipkan sebagai kompetensi. Siswa yang diterima di YES akan mendapatkan kesempatan mempelajari teknologi motor dan injeksi secara langsung di bawah instruktur Yamaha yang berkualitas selama 4,5 bulan.

Ditambah dengan fasilitas yang mutakhir, YES menjamin lulusannya menjadi tenaga teknisi motor yang handal dan berbekal ilmu kewirausahaan. Sehingga di masa depan lulusannya mampu mandiri menjadi wirausaha yang mandiri di bidang perbengkelan. Hebat bukan?

Kembali lagi pada Najagar, apa benar ini jawaban yang tepat untuk masalah Najagar? Sayangnya YES belum menjadi jawaban yang tepat atas masalahnya.  Dilihat dari persyaratan untuk masuk YES saja, Najagar sudah tidak memenuhi kualifikasi. YES mengharuskan calonnya lulus dari jenjang SMK/SMU sederajat, sedangkan seorang Najagar  hanya bisa menamatkan bangku Sekolah Dasar.

Lagipula bila Najagar bisa mengikuti YES dengan rentang waktu 4.5 bulan, ia pun tidak akan mampu membagi waktu  karena ia harus bekerja di bengkel yang menuntutnya untuk selalu ada di tempat tepat waktu.

“Kalo Yamaha mau kasih pelatihan buat belajar betulin ma servis motor injeksi, mau ga Bang?” tanya saya padanya.  “Maulah Mas, biar bisa ku betulin itu motor injeksi, biar nggak nolak kita kalo ada pelanggan yang betulin motor injeksi!” jawabnya mantap.


Masih Terkesan Eksklusif

Sebenarnya keinginan Najagar untuk memperoleh pengetahuan motor berteknologi injeksi dari Yamaha bisa terakomodasi bila Yamaha lebih berbaik hati. Namun sepertinya untuk saat ini keinginan itu masih harus terkubur dalam hati. Belum ada kesempatan dari Yamaha? Bisa dikatakan ya, karena Yamaha masih terkesan eksklusif.

Saya berpendapat, dalam rangka memuluskan peluncuran motor Yamaha berteknologi injeksi terutama service pasca jual, Yamaha masih melakukan persiapan yang masih terbatas. Selain masih hanya dilakukan lewat YES, Yamaha memberikan pengetahuan tentang motor berteknologi injeksi masih hanya kepada para mekanik yang bekerja di 2500 bengkel resmi yang tersebar di seluruh Indonesia dan juga bengkel mitra. Lalu bagaimana dengan Najagar dan bengkel tempat ia bekerja?

Nah, inilah yang saya maksud dengan masih terkesan eksklusif. Penyebaran pengetahuan tentang teknologi injeksi masih hanya dilakukan lewat dua jalur, YES dan training untuk mekanik bengkel resmi dan bengkel mitra. Sehingga kesempatan menguasai pengetahuan  motor berteknologi injeksi untuk sampai saat ini hanya bisa dirasakan oleh sebagian orang yang ada di lingkungan internal Yamaha.

Bila bengkel-bengkel seperti tempat Najagar bekerja tidak mampu mengatasi pelayanan motor berteknologi injeksi, maka service sudah pasti terpusat di bengkel resmi. Apa akibatnya? Sudah tentu bila ingin melakukan pemeliharaan dan perbaikan, pengguna motor Yamaha berteknologi injeksi harus membawa motornya ke bengkel resmi milik Yamaha. Beruntung bila pengguna bisa dengan mudah menjangkau bengkel resmi seperti di wilayah perkotaan besar. Bagaimana dengan pengguna motor injeksi di daerah-daerah kecil yang masih susah menjangkau bengkel resmi? Tentu hal ini akan menimbulkan kerepotan tersendiri.

Bukan tidak mungkin hal ini akan membuat masyarakat berpikir dua kali bahkan enggan beralih ke motor berteknologi injeksi hanya karena sulit untuk menjangkau bengkel resmi. Lalu bagaimana mengantisipasi hal ini?


Semakin Di Depan, Semakin Sosial

Kalimat “Semakin Di Depan”, memang pantas disematkan sebagai slogan Yamaha. Terbukti memang, produknya pun selalu terdepan. Motor berteknologi injeksi yang kini digelontorkan pun  menjadi bukti bahwa Yamaha turut memberikan pengaruh terhadap adanya pergeseran teknologi.

Pergeseran Teknologi yang semakin maju pun juga akan memberikan pengaruh. Ada aksi, pasti muncul reaksi. Salah satu contoh reaksi yang timbul akibat aksi munculnya motor berteknologi injeksi adalah masalah Najagar dan bengkelnya yang sudah saya uraikan di atas.

Najagar, saat ditanya seputar prediksi masa depan tentang motor injeksi dan bengkelnya, ia memperkirakan bahwa motor injeksi akan semakin aksi, tapi bengkelnya sudah pasti jadi sepi karena tidak mampu melayani permintaan jasa teknologi injeksi.

Yamaha sebagai perusahaan yang turut menggeser teknologi punya peran yang besar untuk memecahkan masalah sosial sebagai akibat dari pergeseran teknologi yang dirasakan oleh Najagar. Harapan Najagar tidak banyak, ia hanya ingin mengetahui bagaimana melakukan pemelihaaraan dan perbaikan pada motor berteknologi injeksi.

Maka dari itu, saya beranggapan bahwa apabila Yamaha semakin di depan teknologinya sebaiknya Yamaha juga semakin di depan sosialnya sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masalah sosial (Corporate Social Responsibility). Singkatnya, sudah seharusnya Yamaha juga bertanggung jawab atas reaksi yang ditimbulkan oleh aksi produksi motor berteknologi injeksi.


Solusi Praktis


Simple saja, jika Yamaha berani membawa pengaruh yang besar seperti sekarang  dengan memproduksi motor berteknologi injeksi, maka Yamaha juga harus bisa menyempurnakan pengaruhnya secara utuh, tidak setengah-setengah. Tidak setengah-setengah berarti harus memperhatikan dampak yang diakibatkan keluarnya teknologi injeksi.

Dampak keluarnya teknologi injeksi yang dirasakan Najagar hanya bisa diselesaikan dengan satu solusi yaitu membuatnya mengerti dan mampu melakukan pemeliharaan dan perbaikan pada motor berteknologi injeksi. Membuatnya mengerti memerlukan proses yang sifatnya fleksibel dan praktis.

Saya yakin ketidaktahuan mengenai teknologi injeksi tidak hanya dipersoalkan oleh Najagar tetapi juga ratusan ribu mekanik bengkel umum yang  menggantungkan hidupnya pada aktivitas bisnis bengkel umum. Yamaha bisa memberikan solusi berupa training tentang teknologi injeksi secara konkret yang memberikan pengetahuan bagaimana menangani pemeliharaan dan perbaikan motor berteknologi injeksi.

Training bisa diberikan oleh YES yang ada di masing-masing kota. Training yang diberikan cukup berbentuk training singkat yang sifatnya fleksibel, yang berarti tidak banyak mengganggu aktivitas bisnis bengkel umum. Selain itu juga praktis, yang berarti konkret dan disusun dengan baik sehingga memungkinkan peserta menyerap training secara efisien. Mengingat peserta training adalah mekanik bengkel yang berpengalaman dan hanya harus ditambah pengetahuannya, bukan mekanik yang belajar mulai dari nol yang harus diajari mulai dari awal.

Training memang bisa saja berbayar tapi alangkah baiknya untuk menjadi perusahaan yang semakin di depan, Yamaha benar-benar semakin di depan seutuhnya baik secara teknologi maupun sosial.
Yamaha tak perlu takut bersaing dengan bengkel umum. Bahkan Yamaha bisa menjalin hubungan mutualisme (saling menguntungkan). Setelah Yamaha memberikan sertifikasi lewat training pada mekanik bengkel umum, maka Yamaha juga bisa mengajak bengkel umum untuk mendistribusikan spare part yang berhubungan dengan teknologi injeksi yang tentunya langsung dari Yamaha. Peralatan untuk service motor berteknologi injeksi juga bisa diperbanyak dan dijual kepada bengkel yang memang siap memberikan layanan.

Selain itu bengkel-bengkel umum yang mekaniknya sudah disertifikasi oleh YES akan menjadi solusi bagi pengguna motor berteknologi injeksi yang berada di daerah terpencil yang susah menjangkau bengkel resmi. Hal ini memungkinkan Yamaha mampu melakukan layanan purna jual yang mudah dijangkau dimana saja di seluruh Indonesia.
Dengan demikian diharapkan Yamaha dan teknologi injeksi tidak terkesan eksklusif. Bengkel resmi dan bengkel umum akan berjalan beriringan untuk menopang kebutuhan jasa pemeliharaan dan perbaikan sistem injeksi. Saya yakin apabila hal ini direalisasikan, hal ini akan berimbas positif untuk sustainability Yamaha kini dan nanti.

Solusi praktis yang saya usulkan pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun satu hal yang perlu digaris bawahi adalah Yamaha sebagai perusahaan yang turut melakukan pergeseran teknologi harus mengantisipasi dampak yang akan timbul di dalam masyarakat. Sehingga Yamaha mampu tetap menjaga ribuan Najagar-najagar lain walau mereka berada di tengah pergeseran teknologi motor yang terus mengarah ke teknologi injeksi. Dengan demikian, bisa dipastikan, Yamaha semakin tidak hanya teknologinya tetapi juga sosialnya.




[ Read More ]
Kamis, 13 Oktober 2011

Entepreneurial Education in The United States Versus Entrepreneurial Education in Indonesia



Entepreneurial Education in The United States
Versus
Entrepreneurial Education in Indonesia
           
All activities that have correlation amomg, creativity, leadership and inovation are entrepreneurship.
As we know that entreprise activity in a country shows how development of a contry is. There are so many indicators to differenciate or categorize country into some levels, the one of those can be saw from how many entrepreneurial activities that controlled by citizen and government, wheter it is a small medium enterprise or big enterprise. It can be saw from these examples, based on the survey-data that 7 percent from the number of populations in Singapore has small medium enterprise  It’s one of some reasons that makes Singapore to be developing country. Furthermore, A continent that has epithet as a super power country (America) has 11 percent from total citizens. David McClelland said that a country will be the wealthy country, at least must have 2 percent from total citizens as an entrepreneur.
On the other hand, if we look Indonesia as the country that has 240 million people, we will see the fact that our beloved country just has 43.200.000 people as an entrepreneur. Indonesia still needs 4.000.000 people to be an entrepreneur. It’s an opposite thing if we look the number of people in this country.
Source : Google.com
Recently, both state and private institutions in Indonesia have done a lot of efforts to bring this country into the wealth through entrepreneurship. For example program that made by our government is KUR (Credit Business for Citizenry). It’s a program that facilitates citizen to get loan from state bank. Certainly, there are so many rules that lied by our government for people who need loan. On the other hand, private institutions or  also have done a lot of efforts to help this country to increase the number of entrepreneurs. For instance, Forum Indonesia Muda, a NGO that concern on all about young generation, put entrepreneurship as a topic for FIM 2011 which be held in Cibubur.



[ Read More ]

YouTube as a Golden Storage

YouTube as a Golden Storage

In this global era, so many people are closing with the internet. Internet provides a lot of things that we need, such as information, social network and the others. Beside that, internet is not an expensive thing now. Based on the data from Departement of Telecomunication United Nations, a number of internet users are 2 billion people in 2011. It means that internet is absolutely needed to support people’s life.
Book was said as the window of the world, but since internet that have been united thousand of computers appeared in 1980’s, people are moving book as a the storage of knowledge. Although we have to still short information that posted in internet. Internet approaches all people, whether young or old can use it.
Friendster, Facebook, Twitter, Youtube and Blog are the most famous site that pull people to use them in 2000’s. Every single site has different function each other. But they’re best known as a social media. For instance, youtube as a site that has concern in sharing video enable all of people that have account in this site to share their video. So many kinds of video are here.
Youtube as a social media can give a lot of advantages even a lot of disadvantage for its users. Advantages of using this site is we can share our video that contains important moment of our life, a unique video and the others. Even, youtube is used by many artists to promote their video clip or film. The most terrific thing is very cheap to use it and free all the way. We just pay for payment of using internet connection to provider, then we can upload or download video. In Indonesia, recently youtube is used by users to promote their ability in singing. For instance, Sintha and Jojo become an artist after uploading their private video by singing “keong racun”. Attention from public was built by their unique. On the other hand, Briptu Norman from Gorontalo become popular after his emergence in youtube by singing “Caiya”, indian’s song. Over and over, his unique built attention from public. The last info said that he resigned from his occupation as a police. Unfortunately, this site also has weakness. It is made as a place that can upload all of kinds of videos. From educated video to porn video.
Article that was written by John Deighton and Leora Kornfeld, 2010 explained problem about intelectual property between Sony and JK Wedding Dance. In that case, the owner from that video is pointed to do bandit. The song that he was used is song which was sung by Chris Brown “Forever” by Sony was used as a backsound in JK Wedding Dance. It has been seen almost 70 million users from its first appearance in July 2009. It appeared respon from Sony to claim this matter. In my opinion, in the fact the uploader just want to copy that song to be backsound, and made eternal document from his married. Sony didn’t have to make this phenomena as a problem but Sony by doing well should get a lot of advantages from this phenomena. Sony could make it as a jacker for song itself.
If we look from business perspective YouTube is the best place to promote product. It’s very cheap and easily seen by people. Furthermore, not only do the users of YouTube can see the video that have been uploaded but it can be linked on many other sites, such as Facebook, Twitter and Blog. All of kinds of company can use this site to promote, for instance, official artis of Agnes Monica always upload official HD video to promote and share its video clip. So that it can help artists to endure their existence.







[ Read More ]
 
 

Kampus Tercinta

www.kampusparmad.com